Serial Secangkir COkelat dan kopi

Serial Secangkir Cokelat dan Kopi di sini

Thursday, November 18, 2010

NINE Advertising

“Sorry ya, Len..sore-sore gini gue maksa minta temenin lu kesini”, ujarku begitu sampai didepan sebuah rumah tua bercat putih dikawasan Menteng yang akan menjadi calon kantor baruku.
“It’s okay, Xel..”, Alena disampingku tampak tersenyum lebar.

Alena Fabian ini teman kuliahnya Jared waktu Seattle. Bedanya, Alena mengambil Accounting, sedangkan Jared mengambil jurusan Design Grafis. Kebetulan Alena ini bekerja di industri advertising selepas kuliah, sehingga Jared mempercayakan persiapan cabang NINE Advertising di Indonesia ini kepadanya.

Aku baru kali ini bertemu dengannya, karena selama ini kami berkomunikasi via email. Ternyata sosoknya secantik yang diceritakan Jared, ditambah sikapnya yang supel dan bersahabat membuatnya terlihat jauh lebih cantik. Selain itu dia juga pintar, cekatan dan sangat berpengalaman. Jujur, aku merasa sangat terbantu sekali dengan adanya Alena mengurus persiapan opening kantor baru ini, NINE Advertising Indonesia atau NINE.

”Yuk, kita masuk. Bagian dalamnya udah disekat-sekat, sesuai dengan konsep yang kamu minta, kita tinggal lengkapi furniture dan detailnya aja”, Alena masih berkomentar panjang lebar ketika kami melangkah memasuki rumah putih ini.
”Temen gue udah referensiin satu designer interior untuk lengkapin semua furniture dan desain kantor ini, jadi soal itu beres”.
”Well, good then...”.

Aku berjalan-jalan keliling dan memusatkan pandanganku, berusaha melihat lebih dekat seluruh tempat ini. Rumah berlantai 2 di daerah Menteng. Tua, tapi berkesan klasik.

“Gimana, kamu suka tempatnya?”, Alena tau-tau sudah berada disampingku.
”Hm..Oke, so far gue suka tempatnya. Retro.”
”Terus kenapa kening kamu mengkerut kaya gitu?”
”Hahaha, gue cuma mikir Jared akan pakai konsep yang sama seperti di LA, modern minimalis, dengan kantor disalah satu gedung paling hip di Jakarta, daerah Sudirman atau Thamrin mungkin?”
”Tapi Menteng ini juga termasuk strategis, tempatnya cozy, enggak terlalu macet. Konsep homey kaya gini akan bikin tim kamu nanti betah kerja, klien-klien juga akan senang datang kesini. Selain itu kan nanti konsep desain interiornya kita akan tetap sesuaikan dengan image NINE, modern minimalis.” Alena berjalan didepanku menaiki tangga menuju lantai 2. Aku mengikuti dibelakangnya.

Aku memang belum pernah melihat seperti apa tempat yang akan dijadikan kantor NINE di Indonesia, hanya mendapat gambaran tentang ukuran ruangan dan jumlah lantai. Dari situlah aku meminta seorang sahabatku yang arsitek untuk membuatkan design kantor seperti yang kuinginkan. Makanya, aku sedikit kaget melihat rumah tua bergaya retro di daerah Menteng ini, sungguh jauh berbeda dari kantorku yang modern minimalis di LA.

NINE sendiri merupakan hasil merger dengan 2 advertising agency lain di Indonesia. Kebetulan Jared membeli hampir 70% saham mereka, sehingga 2 perusahaan itu bergabung menjadi satu dibawah bendera NINE Advertising Indonesia. Hal ini tentunya memudahkan dalam proses persiapan. Aku tidak perlu lagi repot merekrut orang-orang baru yang akan berkerja bersamaku di NINE. Dan untuk urusan recruitment karyawan, tampaknya Alena sudah menanganinya dengan baik. Selain itu, pastinya NINE tidak akan mengalami banyak kendala untuk beradaptasi dengan klien-klien di Indonesia, karena tim marketing kami sudah berpengalaman. Perlu kutambahkan pula bahawa nama besar NINE, sebagai salah satu advertising agency terbaik di US pastinya akan menjadi nilai jual tersendiri untuk klien di Indonesia.

Untuk operasional NINE di Indonesia, Jared mempercayakan aku sebagai Managing Director sekaligus Executive Creative Director. Aku bertanggung jawab terhadap semua kegiatan operasional NINE di Indonesia sekaligus menciptakan branding creative yang sesuai dengan keinginan klien. Sedangkan Alena akan bertanggung jawab dibagian sales sebagai Account Director. Untuk tim pelaksana project seperti Art Director, Copywriter, Illustrator, Account Executive, dll kami menggunakan tim yang sudah ada dari hasil merger 2 company. Otakku segera menggeliat penuh gairah membayangkan proyek besar yang akan segera kutangani. Well, menjalankan advertising agency-ku sendiri?? That’s one of my biggest dream, and I should thanks to Jared for giving me this opportunity.

“Tahu Mbah Jingkrak Resto, Len?”, tanyaku pada Alena ketika kami selesai berkeliling. Hari sudah mulai gelap. Aku melihat jam dipergelangan tanganku. 18:30.
“Of course...tempat itu terkenal banget. Masakan khas Indonesia, deket banget kok dari sini, paling 15 menit.”
”Mau dinner bareng disana? Kebetulan gue ada janji ama temen gue disana”, tanyaku yang segera disambut anggukan kepala Alena.

Ternyata Restoran bernama Mbah Jingkrak ini cukup ramai. Aku harus mencari-cari dulu beberapa saat, baru aku melihatnya dipojokan. Rupanya dia tidak sendiri tapi bersama seorang wanita yang wajahnya tak bisa kulihat jelas dari sini. ”Hm, pasti tu cewe korban rayuan mautnya lagi. Ga berubah emang ni anak”, pikirku sambil tersenyum geli.

” Yuk, Len..tuh temen gue disana”.
Wajahku membeku seketika ketika melihat siapa wanita yang bersama Abi saat ini. Tapi aku segera merubah ekspresi wajahku menjadi seceria sebelumnya, tepat ketika aku dan Alena sampai ke meja mereka.
”Hai Bi sorry, udah daritadi ya?”, aku menepuk punggung Abi.
”Hai, Xel!!!Its nice to see you bro”, Abi segera berdiri dan merangkulku. “Ayo, duduk..duduk..”. kali ini Abi sibuk menyediakan tempat duduk untukku dan Alena.
Aku melirik sekilas ke arah wanita yang sedang bersama Abi, wajahnya terlihat kaget saat melihatku. Kami sempat bertemu pandang sekilas, namun ia segera mengalihkan pandangannya.
”Hai, Ra..ketemu lagi nih kita”, aku memasang senyum paling lebar untuk wanita itu, yang ternyata Nara.
”Hai, Xel..”, Nara membalas sapaanku dingin, seketus pertemuan terakhir kami.
Abi telihat kaget, dan bolak-balik memandang bergantian kearahku dan Nara.
”Kalian udah saling kenal?Woow, what a small world..”
“Yap, gue ama Nara temen lama. Iya kan, Nar?”, aku melirik ke arah Nara, menunggu pembenaran darinya. Namun Nara hanya menjawab dengan deheman pelan lalu sibuk menyeruput teh dihadapannya.