Serial Secangkir COkelat dan kopi

Serial Secangkir Cokelat dan Kopi di sini

Wednesday, April 13, 2011

Siapa Zilli?

Niatnya mau naik taksi ke kantor, ambil mobil, langsung meluncur ke Bogor. Kenapa malah sekarang duduk manis di mobil si cecunguk angkuh ini? Inilah faktor nggak fokus, nunggu taksi sambil ngelamun, seharusnya setan pohon beringin yang samperin aku, kok ya malah manusia ini yang berhasil nyulik aku.
"Xel, anter gue ke kantor aja deh... Gue mau ambil mobil, biar gue ke rumah Bunda pakai mobil sendiri aja." pintaku halus.
"Sekalian aja deh Ra, seneng banget ribet sih kamu. Toh aku juga mau ke sana, tenang aja, seminggu di Jakarta, aku udah cukup mahir kok pakai setir kanan."
Kok ya jawaban Axel ini nggak mengejutkan ya, aku sudah bisa menebak permintaanku tidak akan diluluskannya. Seketika itu juga suasana hening jadi teman kami berdua. Sepertinya dia sama jengahnya denganku, tangannya menekan tombol play cd playernya. You and me dari Lifehouse mengalun pelan menemani perjalanan kami.
"Ra...kok diem?"
"Karena emang nggak ada yang perlu diomongin?" jawabku dingin.
"Tapi banyak yang ingin aku tanya ke kamu." sambung Axel kemudian. Aku hanya menatapnya tanpa ekspresi.
"Abi sama kamu, sejak kapan kalian kenal?" tanyanya.
Aku bisa lihat sorot penasaran di matanya, "Sejak lama" jawabku sekenanya.
"Ya lama itu kapan Ra?" mulai muncul nada kesal di suaranya.
"Kok lo jadi pengen tahu gitu sih Xel?" jawabku tak kalah gusar.
Drrrt drrrt drrrt, getar ponsel tanda telepon masuk, membuat perdebatan yang baru saja akan mulai harus disudahi.
"Abi" tertulis jelas di layar ponselku.
"Yes Bi?" sahutku.
"Udah selesai Ra? Jadi ke sini?"
"Udah, lagi on the way. Aku sama-sama Axel ke sananya, dia mau ke sana juga katanya."
"Oh iya, semalam aku sempat telepon dia, ngundang dia makan siang bareng sekalian today."
"Oh oke... udah on the way kok." ujarku lagi.
"Zilli wanna speak with you."
"Now?" tanyaku memastikan.
"Yes, hold on."
Kutunggu beberapa saat...
"Mama!" suara di seberang sana, membuatku tersenyum.
"Hai Zil..."
"Jemput Zilli hari ini kan Mam?"
"Of course... I'm on my way, to pick you, just wait oke?"
"Oke...zilli want to tell you a lot of story."
"What story?"
"My holiday with Eyang, it was fun...coba ada Mama." rajuk Zilli.
"Hahaha, oke just tell me your story later. I'll be there soon honey, just wait ya?"
"Ok, be careful Mam... see you"
Sambungan telepon pun ditutup.
"Honey?" suara dengan nada tanya penuh selidik menghapus senyumku seketika. Membuatku kembali sadar sedang dimana aku kini. Aku hanya diam, tidak ada yang perlu kutanggapi.
"Seriously...comment please" lagi Axel menggangguku.
"Xel...you don't know nothing, ok?"
"So tell me, make me know..."
"I won't... so please just shut your mouth and drive carefully." ujarku dingin.
Perjalanan yang hanya 70 menit, terasa lama sekali karena celotehan Axel yang penuh ingin tahu.
Segera kubuka pintu tanpa menunggu mesin mobil dimatikan dahulu, kutinggalkan Axel dengan ucapan terimakasih pelan.

"Hai Ra" Abi langsung memelukku, "Hallo Xel, akhirnya sampai sini juga setelah sekian tahun nggak mampir." Abi melepasku dan menjabat tangan Axel.
"Rame ya Bi?" tanya Axel.
"Nggak kok, cuma makan siang biasa, nyokap gue,nyokap Nara, sama Zilli terus kita bertiga." jawab Abi.
"Zilli?" tanya Axel, Abi tersenyum dan menggenggam tanganku.
"Nanti gue kenalin." sahut Abi acuh tak acuh.
Abi membimbingku dan Axel menuju ruang keluarga.
"Zilli! Lihat siapa ini?!" seru Abi.
Seorang anak kecil dengan senyum cerianya berlari menghampiri kami, segera kulepas genggaman Abi dan kupeluk erat bocah lucu itu dengan erat.
"Miss me?" tanyaku padanya, yang ditanya mengangguk mantap.
"Are you okay Mam? You look not good." tangan kecilnya menyentuh wajahku.
Sejujurnya aku memang tidak sehat, secara psikis tepatnya. Tapi sentuhan tangan mungilnya, seolah menghapus resah yang sudah hampir seminggu ini membebaniku.
"I'm okay." kutegaskan ucapanku dengan senyum, "Mommy really miss you!" kupeluk erat lagi Zilli seolah belum puas aku melepas rinduku.
"Ehem!" suara Abi menyadarkanku. "Ini jagoan kecil namanya Zilli, Zilli cium tangan sama Om Axel." sambung Abi kemudian.
Kulepaskan peganganku pada Zilli, tanpa malu-malu disalaminya Axel.
"Temannya Om Abi?" tanya Zilli dengan tatapan ingin tahu.
"Iya...teman Mama Zilli juga." jawab Axel seraya menyentuh kepala Zilli pelan. Aku bisa lihat ada banyak tanya di mata Axel.
"Zil...yuk ikut Mama dulu." ajakku menarik Zilli jauh-jauh dari Axel.
"Aku packing barang-barang Zilli dulu ya Bi, nanti aku nyusul ketemu Ibu sama Bundanya." aku meninggalkan dua orang pria dewasa itu tanpa menunggu tanggapan mereka.

Oh ya aku belum cerita tentang Zilli ya? Maaf bukan maksudku untuk menutupi hal mengenai Zilli tapi menurutku akan lebih baik aku menceritakannya di waktu yang sudah tepat, seperti sekarang. Namanya Wisnu Zillian, dia malaikat kecilku yang baru berumur 5 tahun menuju 6 tahun. Anak laki-laki yang cerdas, tampan, lincah tapi tukang kritik, hihihi. Dia memanggilku Mama di umurnya yang belum genap 1 tahun, dan tepat 1 tahun dia melakukan langkah pertamanya. Ya, aku single fighter, tanpa suami. Tapi aku akan sangat marah kalau ada yang berani menyebut Zilli sebagai anak haram. Tidak ada anak yang haram di dunia ini, kesalahan orangtua tidak sepantasnya dilimpahkan pada si anak. Sejak umur 4 tahun Zilli sudah mulai aku masukkan ke play group untuk membantunya dalam bersosialisasi, sekarang dia sudah duduk di TK 0 kecil. Sudah makin pintar menyanyi, menggambar, sudah hapal angka dan huruf. Aku bangga dengan anak laki-lakiku ini.

Post a Comment